Details

  • Last Online: 12 days ago
  • Gender: Male
  • Location: Indonesia
  • Contribution Points: 0 LV0
  • Roles:
  • Join Date: August 23, 2017

Friends

sporeday

Indonesia

sporeday

Indonesia
Completed
2gether
0 people found this review helpful
Jan 21, 2024
13 of 13 episodes seen
Completed 0
Overall 7.5
Story 8.0
Acting/Cast 6.5
Music 9.0
Rewatch Value 7.0

Salah Satu ????????? Per-BL-an

Ini, nih, BL yang cukup dielu-elukan pada masanya. Ceritanya yang gampang banget dimengerti, musik yang juga ??????, dan sinematografi yang mumpuni membuat series BL ini terkenal. Bahkan menurutku, orang-orang yang enggak demen BL, ikut menyumbang jumlah tontonan di kanalnya ji-em-em.

JALAN CERITA:
Simpel aja, Tine (diperankan oleh Win)—sosok pemuda yang dikenal hobi merayu para gadis—enggak mau dikejar-kejar Green (diperankan oleh Gun), cowok yang jatuh cinta sama Tine. Jadi, Tine memutuskan untuk mendekati Sarawat (diperankan oleh Bright), orang yang paling keren, ganteng, terkenal seantero kampus dengan harapan biar Green menyerah. Itu aja, sih, intinya menurutku. Cuma ada hal yang tak diduga-duga belakangan.
Tindakan ji-em-em untuk balik lagi ke ranah perkampusan tepat kali ini. Bosen aja lihat BL isinya anak sekolah celana pendek warna biru terus di mana-mana.

AKTING:
Win sebagai aktor pendatang, aktingnya lumayan. Meskipun di sini kurang ekspresif dan rasanya kurang lepas, dia masih oke lah. Di sisi lain, Bright aktingnya kaku. Gestur sama raut wajahnya kurang kelihatan. Entah si Sarawat itu wataknya harus kayak gitu atau emang Bright yang kurang bisa membawakan. Jujur aja, kelihatannya dia kurang suka membawakan drama BL.
Sebati (?????????) mereka juga kurang berasa. Romansanya enggak greget, di hati kayak kurang nendang. Dari awal sampai akhir datar-datar aja, meningkatnya cuma sedikit.
Bumbunya yang sedap itu datangnya malah dari gengnya Tine dan gengnya Sarawat. Mereka kocak, mereka kompak, dan sampai akhir bisa "menggendong" series ini. Pasangan kedua dari series ini juga yang malah buat penasaran seperti apa jalan cinta mereka berkembang.

MUSIK:
Juara satu dari series ini adalah musiknya. Pembuka dan penutup oke banget. Aku jadi suka beberapa lagunya Scrubb. Oh, iya. Scrubb penting banget di series ini menurutku. Lagunya grup musik itu jadi semacam rambu-rambu kisah cinta Tine dan Sarawat.
BGM atau OST-nya juga enak banget. Masih terngiang yang "Wo-o wo-o syalala, wo-o wo-o syalala!"

NILAI TONTON ULANG:
Tonton ulang beberapa kali masih oke, terutama untuk mengetahui sudut pandangnya si Sarawat. Series ini sebagian besar ambil perspektifnya Tine. Coba aja tonton ulang dari awal lagi setelah tahu akhirnya gimana, setelah tahu perasaannya Sarawat.

KESELURUHAN:
Ya, series ini memang lumayan bagus. Meskipun ada yang bilang kalau BL ini dinilai berlebihan (?????????), menurutku masih menyenangkan dan gampang dinikmati. Series BL ini masuk ke tonggak sejarah (?????????) pribadi dalam dunia per-BL-an.

Read More

Was this review helpful to you?
Completed
My Ride
0 people found this review helpful
Apr 3, 2022
10 of 10 episodes seen
Completed 0
Overall 8.5
Story 9.0
Acting/Cast 9.5
Music 7.0
Rewatch Value 8.5
This review may contain spoilers

Manis uwu-uwu

Series ini lumayan memberikan angin segar untuk hati yang gundah gulana. Ceritanya enggak berat, gampang dipahami lah, karakter-karakternya enggak bejibun juga banyaknya, semuanya penting. Overall, ini series enggak bagus banget, tapi juga bukan series yang abal-abal.

JALAN CERITA:
Tukang ojek dan dokter. Kalau orang luar pasti enggak bisa nyambung, tuh, tapi kalau kita orang Indonesia, mah, nyambung-nyambung aja (kebanyakan nonton alur cerita FTV, ngakak). Mork, si tukang ojek depan gang rumah sakit sama Tawan, dokter 28 tahun yang ganteng dan baik hati, mulai dekat gara-gara Tawan mulai pakai jasanya Mork buat ke mana-mana. Dari sanalah benih-benih cinta bersemi. Didukung dengan Mork waktu itu masih nangis sesenggukan karena baru aja diputusin pacar ceweknya dan Tawan yang dengan polosnya jadi selingkuhan couple lain. Yups, Tawan itu gay from the beginning dan Mork mulai mleyot setelah lihat manisnya Tawan.
Series ini bawaannya lovey-dovey, cinta-cintaan, enggak panas seksi telanjang dada semua kayak series sebelah yang mau tayang, lebih ke kata-kata manja uwu-uwu sama skinship dikit-dikit yang bikin kita gemes remes-remes bantal boneka.
Ceritanya ini menitikberatkan pada kedekatan Mork dan Tawan sambil mereka menyelesaikan masalah mereka satu per satu. Semua juga dikemas dengan realistis. Mork enggak dengan ajaibnya satu malam udah cinta mati sama Tawan, Tawan juga enggak langsung nyablak ngelabrak orang yang udah jadiin dia selingkuhan. Di series ini juga ada pamannya Mork yang gay juga dan tinggal seatap. Tumben juga series Thai menghadirkan pasangan gay yang senior. Nah, kehidupan kedua pamannya Mork ini juga nyata banget. Ibarat kata, ya, kayak gitu mungkin couple yang hidup menua bersama. Efek samping kerealistisan ini adalah alurnya jadi lumayan lambat. Mungkin kalau yang pengin banyak bumbu dan alurnya cepet, series ini cukup membosankan.
Couple lain: ToyBoss sama MayomNadia menurutku enggak begitu krusial di series ini. Ya, kayak di series-series lain lah, cuma jadi pelengkap. Di novel sumbernya juga ToyBoss itu enggak ada (eksklusif series ini aja) dan Nadia itu cowok. Entah kenapa mereka ada atau diganti, mungkin untuk alasan durasi atau variasi semata.

AKTING:
Gaya perannya Fluke (yang jadi Mork) dan Fame (yang jadi Tawan) natural banget. Keduanya bisa membawakan Mork dan Tawan dengan sangat baik. Gestur dan pembawaan mereka ketika akting alami banget. Tawan yang baik hati, enggak neko-neko, polos, sama Mork yang slengekan, tipikal anak muda biasa, kelihatan banget di peran mereka. AKAN TETAPI, kenapa ciuman mereka kelihatan enggak greget? Kenapa wahai Pak Sutradara? Kenapa? T_T
Yoon (yang jadi Toy) dan Best (yang jadi Boss) menurutku aktingnya kurang dapet. Apalagi pas adegan pernyataan cinta. Kayak maksa gimana gitu.
Selain itu, enggak ada komplain. Bagus dan natural.

PEMERAN/PEMAIN:
Biasa lah, ya, semuanya pada ganteng-ganteng dengan badan yang aduhai. Fluke ganteng-ganteng imut. Lesung pipitnya itu, loh, bikin pengin nyubit. Fame dari mukanya cocok banget sama karakter dokter yang baik hati dan suka menolong. Ekspresi keduanya juga klop sama peran yang mereka mainkan. Kalau untuk chemistry, ya, enggak cocok-cocok banget, sih, menurutku sekitar 75% lah.
Pemain lain juga menurutku cocok semua. ToyBoss, MayomNadia, tiga tukang ojek gengnya Mork yang kocak, paman-pamannya Mork juga, semua karakternya pas, enggak maksa. Cast is great.

MUSIK:
Ada beberapa BGM (Background Music) yang catchy, tapi selebihnya enggak begitu mengena. Lagu pembukanya juga bagus, nadanya semangat.

NILAI TONTON ULANG:
Bisa jadi referensi kalau selesai nonton series yang berat-berat, BL yang bertema serius macam Not Me, Manner of Death, I Tell Sunset About You, dan sebagainya, bisa lihat series ini sebagai healing.

KESELURUHAN:
Salah satu series yang apik di tahun ini, meskipun entah mengapa series ini underrated, enggak banyak yang bahas. Mungkin karena platform siarnya enggak global, enggak ditayangkan di Youtube. Produksinya enggak abal-abal atau murahan, ceritanya ringan dan jelas, minim drama-drama enggak penting, dan lumayan anti-mainstream. Enggak ada bayangan untuk season 2, sih. Walaupun dari segi cerita, season 2 bisa dibuat.

Read More

Was this review helpful to you?
Completed
Life: Love on the Line (Director's Cut)
0 people found this review helpful
Feb 9, 2022
Completed 0
Overall 9.5
Story 10
Acting/Cast 9.5
Music 9.0
Rewatch Value 9.0
This review may contain spoilers

A complete satisfying BL movie ever!

First of all, I haven't ever watched Senjou no Bokura (mini series). So I don't have other thing to compare.
But, alas, this movie is undoubtedly incredible. Beg my pardon, I think this movie is just low-budget low-quality underrated movie that no one suggests me to watch it, but now … I will let this movie director and producer to slap me on my face at the same time if I ever said that again. I don't exaggerate it.

This movie is a whole thing you can comprehend as a gays or fujoshis. There are sadness, cry, anxiety, confusion, pride, happiness, laughter, acceptance, and amazement in one package. You will not be overwhelmed by the plot or the flow, but you will not yawn in boredom too. Everything is sequentially organized at right time and right place. This movie illustrates enough the reality of gay struggle in this decade. You will find yourself relate to any of character's aspect. No one's doing good, but no one's wrong either. More or less, it can widen your perspective.

STORY
This movie delivers very great story. Characters get quite few background stories but those few are the most important. Like I said, we can relate to the story, characters, and events. All in the movie can happen too realistically. It begins with itty-bitty event that seems not particular, grows to love roller coaster, and finally faces the conflicts and climax.

ACTING/CAST
Main leads are impressive. Shirasu Jin portrayal of Itou's burdens pretty good, as well as Itou's lust. Nishi's cuteness and innocence are clearly showed too by Raiku's performance. I have no problem at all in the cast selection.

MUSIC
Firstly I thought that this movie will use fully Japanese songs. All the musics always enhance the emotion conveyed in the scenes. They are catchy too. Music department is worthy enough to get salary raise.

REWATCH VALUE
Umm, I think I must end my review. I will watch this movie again. You can join me. *wink*

Read More

Was this review helpful to you?