Cerita dibuka dari sebuah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pria misterius pada sepasang suami istri, lalu investigasi dilakukan oleh dua orang detektif di TKP. Kemudian cerita selanjutnya bergulir dan pecah menjadi 3 sudut pandang yang berbeda. Tokyo, Chiba dan Okinawa.Di Tokyo, karakter yang diikuti adalah Yuma (Sathoshi Tsumabuki) dan Naoto, adalah sepasang Gay. Di Chiba, ada Aiko (Aoi Miyazaki) dan Toshiro (Kenichi Matsuyama) adalah bekas seorang pelacur dan pekerja lepas yang bekerja pada Ayah Aiko, Maki (Ken Watanabe). dan karakter terakhir yang diikuti di Tokyo adalah Izumi (suzu Hirose) bersama Tatsuya (Takara Matsumoto) serta Tanaka (Mirai Moriyama). Sepanjang kurang lebih 150 menit film berputar, sutradara terlihat tampak ingin membuat penonton menerka siapa pembunuh dari sepasang suami istri yang menjadi Triger pada Opening cerita.
Lee Sang-il sebagai sutradara dalam film ikari ini berhasil membuat thrilling pengadeganan yang pas bahkan menurut saya dia bisa memaksimalkan dan mengeksplore akting masing-masing aktornya. Ikari yang berarti Amarah/Kemarahan berhasil ditunjukkan Lee Sang-il dalam klimaks film setelah melalui proses panjang dan perubahan karakter setelah mengalami rentetan peristiwa yang merubah psikis masing-masing karakter yang memiliki cerita sendiri pada 3 kota yang berbeda. Namun, Interpretasi yang kemudian muncul pada film ini menurut saya lebih mengarah kepada sebuah nilai “kepercayaan”. kepercayaan terhadap seseorang yang belum dikenal yang pada akhirnya masing-masing karakter mengalami resiko yang berbeda-beda. Sehingga interpretasi yang saya simpulkan mengenai nilai pada film ini adalah “kepercayaan yang mengakibatkan sebuah penyesalan yang mendalam”hingga mengakibatkan masing-masing karakter mengekspresikan kemarahan dan amarahnya dengan cara yang berbeda-beda.
Namun sayangnya, dari multiple protagonis yang diikuti sepanjang film ini semuanya masih terasa tidak jelas. Kita hanya diperlihatkan karakterisasi tanpa pernah diperlihatkan dan dijelasan tujuan protagonis pada film ini apa? Sehingga saya pribadi akhirnya tidak bisa berempati pada karakter yang ada.kekuatan dari tujuan karakter yang tidak jelas menjadikan saya merasa tidak nyaman mengikutinya. Jika melihat perbandingan film yang mengunakan multiple protagonis yang dimana masing-masing karakternya mempunyai true karakternya adalah film 3 Idiot, dimana multiple karakter itu adalah Seorang pintar dan ingin belajar tapi tak punya akses (Rancho), seorang ingin menjadi fotografer tapi dipaksa orang tuanya kuliah engineer (Farhan), seorang yang punya permasalahan pada rasa takutnya menghadapi hidup dia hanya berdoa sepanjang waktu dan takut berusaha ingin mengubah nasibnya dengan masuk kampus terbaik (Raju).
Kita tanpa sadar terseret kedalam pusaran cerita karena empati terhadap ke tiga karakter tersebut. Jadi jika kembali pada karakter yang dimiliki di film ikari ini, saya hanya membaca bagaimana ketika karakter mendapat tekanan yang besar kemudian mengekspresikan ketidakberdayaannya.
Akan tetapi, bukan berarti ini adalah film yang tidak bisa untuk dinikmati. Namun saya menilai secara story telling masih terdapat beberapa point yang belum menguatkan dan membuat saya belum bisa menikmati secara utuh jalannya cerita film ini.
Lee Sang-il sebagai sutradara dalam film ikari ini berhasil membuat thrilling pengadeganan yang pas bahkan menurut saya dia bisa memaksimalkan dan mengeksplore akting masing-masing aktornya. Ikari yang berarti Amarah/Kemarahan berhasil ditunjukkan Lee Sang-il dalam klimaks film setelah melalui proses panjang dan perubahan karakter setelah mengalami rentetan peristiwa yang merubah psikis masing-masing karakter yang memiliki cerita sendiri pada 3 kota yang berbeda. Namun, Interpretasi yang kemudian muncul pada film ini menurut saya lebih mengarah kepada sebuah nilai “kepercayaan”. kepercayaan terhadap seseorang yang belum dikenal yang pada akhirnya masing-masing karakter mengalami resiko yang berbeda-beda. Sehingga interpretasi yang saya simpulkan mengenai nilai pada film ini adalah “kepercayaan yang mengakibatkan sebuah penyesalan yang mendalam”hingga mengakibatkan masing-masing karakter mengekspresikan kemarahan dan amarahnya dengan cara yang berbeda-beda.
Namun sayangnya, dari multiple protagonis yang diikuti sepanjang film ini semuanya masih terasa tidak jelas. Kita hanya diperlihatkan karakterisasi tanpa pernah diperlihatkan dan dijelasan tujuan protagonis pada film ini apa? Sehingga saya pribadi akhirnya tidak bisa berempati pada karakter yang ada.kekuatan dari tujuan karakter yang tidak jelas menjadikan saya merasa tidak nyaman mengikutinya. Jika melihat perbandingan film yang mengunakan multiple protagonis yang dimana masing-masing karakternya mempunyai true karakternya adalah film 3 Idiot, dimana multiple karakter itu adalah Seorang pintar dan ingin belajar tapi tak punya akses (Rancho), seorang ingin menjadi fotografer tapi dipaksa orang tuanya kuliah engineer (Farhan), seorang yang punya permasalahan pada rasa takutnya menghadapi hidup dia hanya berdoa sepanjang waktu dan takut berusaha ingin mengubah nasibnya dengan masuk kampus terbaik (Raju).
Kita tanpa sadar terseret kedalam pusaran cerita karena empati terhadap ke tiga karakter tersebut. Jadi jika kembali pada karakter yang dimiliki di film ikari ini, saya hanya membaca bagaimana ketika karakter mendapat tekanan yang besar kemudian mengekspresikan ketidakberdayaannya.
Akan tetapi, bukan berarti ini adalah film yang tidak bisa untuk dinikmati. Namun saya menilai secara story telling masih terdapat beberapa point yang belum menguatkan dan membuat saya belum bisa menikmati secara utuh jalannya cerita film ini.
Was this review helpful to you?