Dalam film masalah ini disampaikan lewat elemen fantasi.Untungnya fantasi-nya gak kelewat mengawang-awang,malah cenderung straightforward kalo aku bilang.Sampe sini gak masalah.Yg jd msalah adalah walau filmnya diadaptasi dr novel tp hasilnya terlihat ini seolah-olah kumpulan cerpen.Cerita terbagi mejadi fragmen2 kisah sendiri tanpa ada kisah besar yg mengikatnya lbh kuat.Satu-satunya benang merah adl karakter Sato Takeru.Dampaknya adl kita tdk merasakan impact yg lbh uth dr film ini.Ada fragmen yg kita suka,tp mungkin ada yg kita tak terlalu peduli.Naskahnya seperti tdk ingin memilih 1 kisah sbg fondasi utama dan memilih utk menyangga film dgn beberapa pilar2 kecil yg dihias cantik.Filmnya menarik tp tdk cukup kuat.
If cats dissapear from the world. kenapa judulnya itu meaw? Ternyata hal di dunia ini yang sangat berarti bagi si aku adalah kucing. Kucing, mendekatkan si aku dengan ibu, mendekatkan aku dengan ayah, mendekatkan aku dengan keluarga meaw~. Walaupun tak ada kata, cinta ayah didunia ini ternyata bisu. yang bisa menjawab hanyalah ombak yang ada di pantai meaw~
Mungkin ane salah, tapi film ini menceritakan bagaimana akhirnya takeru bisa menerima takdirnya bahwa dia sebentar lagi akan meninggalkan dunia ini, setelah dia membayangkan satu-persatu bagaimana jika dirinya hilang dari dunia ini, dari memory sahabatnya dan mantan pacarnya.
Tetapi ketika dia hendak membayangkan kucing lenyap dari dunia, he can't.
Dan akhirnya tersadar bahwa ada yang lebih berharga daripada sekedar hidup lebih lama.
Was this review helpful to you?
Untuk sebuah splatter film,Tag ngasih liat kita salah satu death scene terbaik di 2015.Sebuah bis yg berjalan tiba2 terpotong jd 2 dan semua penumpangnya (kecuali 1 orang yg kebetulan lg nunduk) termutilasi dr bagian pinggang ke atas.Pelakukanya siapa? angin. Hah?! ya gak salah kok,pelakunya Angin yg berhembus seperti pedang hingga mampu memotong tubuh. Terus di mana saya sadar film ini tdk hanya sekedar splatter. Jujur awalnya gak terlalu merhatiin sampe akhirya kita tiba di scene pernikahan di mana seorang mempelai wanita dipertemukan dgn calonnya.Dan calonnya adalah......pria berkepala babi. Di situ aku baru sadar setelah beberapa menit berjalan baru di scene itu kita melihat sosok pria,itupun berwajah babi. Selanjutnya Sion Sono semakin membawa kita ke dunia yg makin aneh sekaligus makin memperlihatkan wajahnya. Kita di bawa di mana perempuan adalah 'wahana' bagi kaum pria. Keberadaan dan fungsi mereka ditentukan oleh pria.
Mungkin Sion Sono ingin memperlihatkan bahwa media dan tatanan masyarakat lebih condong melihat kaum wanita sebagai kelas yg inferior.Harus diatur,ditentukan nasibnya oleh yg lebih superior (baca:pria). Dan kita gak ngerasa itu aneh bahkan menikmatinya.Sion Sono menempatkan dirinya di kelompok ini ya dgn membuat film ini.Dia sengaja memperlihatkan perempuan sbg subjek fantasi kaum pria dan disajikan dgn fun.Sion Sono menjadikan dirinya sbg sasaran kritik dr dirinya sendiri.Menurut saya ini yg menarik dr Tag.
Krn hanya nonton sekali mungkin pemahaman saya terhadap Tag msh sebatas wild guess.Tp setidaknya impresi yg saya dpt saat menonton film ini ya seperti yg saya tulis di atas
Was this review helpful to you?
Lee Sang-il sebagai sutradara dalam film ikari ini berhasil membuat thrilling pengadeganan yang pas bahkan menurut saya dia bisa memaksimalkan dan mengeksplore akting masing-masing aktornya. Ikari yang berarti Amarah/Kemarahan berhasil ditunjukkan Lee Sang-il dalam klimaks film setelah melalui proses panjang dan perubahan karakter setelah mengalami rentetan peristiwa yang merubah psikis masing-masing karakter yang memiliki cerita sendiri pada 3 kota yang berbeda. Namun, Interpretasi yang kemudian muncul pada film ini menurut saya lebih mengarah kepada sebuah nilai “kepercayaan”. kepercayaan terhadap seseorang yang belum dikenal yang pada akhirnya masing-masing karakter mengalami resiko yang berbeda-beda. Sehingga interpretasi yang saya simpulkan mengenai nilai pada film ini adalah “kepercayaan yang mengakibatkan sebuah penyesalan yang mendalam”hingga mengakibatkan masing-masing karakter mengekspresikan kemarahan dan amarahnya dengan cara yang berbeda-beda.
Namun sayangnya, dari multiple protagonis yang diikuti sepanjang film ini semuanya masih terasa tidak jelas. Kita hanya diperlihatkan karakterisasi tanpa pernah diperlihatkan dan dijelasan tujuan protagonis pada film ini apa? Sehingga saya pribadi akhirnya tidak bisa berempati pada karakter yang ada.kekuatan dari tujuan karakter yang tidak jelas menjadikan saya merasa tidak nyaman mengikutinya. Jika melihat perbandingan film yang mengunakan multiple protagonis yang dimana masing-masing karakternya mempunyai true karakternya adalah film 3 Idiot, dimana multiple karakter itu adalah Seorang pintar dan ingin belajar tapi tak punya akses (Rancho), seorang ingin menjadi fotografer tapi dipaksa orang tuanya kuliah engineer (Farhan), seorang yang punya permasalahan pada rasa takutnya menghadapi hidup dia hanya berdoa sepanjang waktu dan takut berusaha ingin mengubah nasibnya dengan masuk kampus terbaik (Raju).
Kita tanpa sadar terseret kedalam pusaran cerita karena empati terhadap ke tiga karakter tersebut. Jadi jika kembali pada karakter yang dimiliki di film ikari ini, saya hanya membaca bagaimana ketika karakter mendapat tekanan yang besar kemudian mengekspresikan ketidakberdayaannya.
Akan tetapi, bukan berarti ini adalah film yang tidak bisa untuk dinikmati. Namun saya menilai secara story telling masih terdapat beberapa point yang belum menguatkan dan membuat saya belum bisa menikmati secara utuh jalannya cerita film ini.
Was this review helpful to you?